Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label fotografi. Tampilkan semua postingan

9.04.2010

RANGKUMAN PELAJARAN KOMPOSISI FOTOGRAFI

Dear All,

Sedikit merangkum pelajaran komposisi dari berbagai referensi, beberapa diantaranya adalah sbb :

1. Komposisi Aturan Sepertiga (Rule of Thirds),

“From Mommy With Love”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/250s, F/1.8, ISO200

Komposisi gambar sepertiga seperti ini adalah komposisi yang paling sering digunakan, variannya antara lain :

- Golden Thirds,

FrameAway Golden  Thirds composition pattern

- Nautilus Spiral/Fibonacci,

Nautilus Spiral composition pattern

- Golden Diagonal,

Golden Diagonal composition pattern

- Golden Diagonal Variation,

Golden Diagonal composition pattern

- Diagonal and Arc.



2. Komposisi Spiral Fibonacci

“Pretty Ass”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 105mm f/2DC with Raynox, 0.5s, F/14, ISO100

Komposisi Fibonacci ini akan lebih baik lebih diimplementasikan dalam capture yang memiliki unsur garis lengkung yang dominan.

Komposisi Fibonacci adalah perwakilan grafis dari suatu urutan nomor yang didapatkan dari penjumlahan dua angka sebelumnya : 0, 1, 1, 2, 3, 5, 8, 13,…

Di sekeliling kita komposisi bentuk spiral ini banyak dijumpai seperti pada rumah kerang/keong, bunga, gelombang laut dlsb. Dalam pengaturan komposisi, spiral Fibonacci dapat digunakan untuk memperkirakan susunan elemen-elemen tersebut dapat tersusun dengan baik, alur dari spiral fibonaci sangat bermanfaat untuk mengarahkan pandangan mata pada Point of Interest (POI). (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA CURVE)

3. Komposisi Line/Elemen Garis

“Can’t Smile Without You”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/400s, F/2.5, ISO100


Elemen garis mudah ditemukan pada pagar, jalan atau terowongan. Jika digunakan dengan tepat, memasukkan elemen garis kedalam gambar sangat efektif untuk meningkatkan daya tarik foto (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA LINES)

4. Komposisi Pattern dan Pola

“Tanggal Tua”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/100s, F/4.0, ISO100


Disekeliling kita, mudah sekali ditemukan bentuk pola berulang, baik di alam maupun buatan manusia. Untuk menjadikan obyek tersebut menarik dari sisi fotografi, anda hanya perlu memilih perspektif dan focal length lensa yang digunakan dengan tepat. Semakin besar struktur dan semakin pendek fokal length lensa, maka struktur tersebut akan memiliki kesan lebih kuat. Namun anda jangan terpaku pada struktur dan pola dari scene yang luas. Dalam detail objek makro yang berukuran kecil, terkadang terdapat struktruk dan pola yang menarik jika direkam dalam bidang foto yang terbatas. (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA PATTERN DAN POLA)


5. Komposisi Framing

“Take Me Out”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/125s, F/4.5 at 16mm, ISO200


Komposisi ini digunakan untuk mempertegas batas-batas gambar, dimana saat gambar banyak melibatkan ruang kosong. bisa dengan menambahkan frame alami, seperti ran ting, pohon, daun, pintu, atau jendela dlsb. Frame juga dapat membatasi elemen gambar yang tidak perlu jiika digunakan dengan tepat,

sehingga frame-frame tersebut membantu mengarahkan perhatian mata langsung tertuju pada Point of Interest (POI). Frame tidak harus focus, kecuali, frame tersebut memiliki motif yang cukup penting dan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gambar. (LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA FRAME)

6. Komposisi Perspektif

Jika semua obyek diambil dengan ketinggian sejajar, hasilnya cenderung biasa-biasa saja. Cobalah untuk merekayasa sudut pemotretannya dengan mengambil dari posisi yang lebih tinggi bird’s eye view atau sebaliknya frog view. Terkadang hasilnya jauh lebih menawan.(LIHAT FOTO-FOTO WEEKLY CHALLENGE TEMA FROG’S VIEW DAN BIRD’S EYE VIEW)


Contoh : Bird’s Eye View

“Handuk Merah”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/125s, F/2.8 at 16mm, ISO200


Contoh : Frog View

“Frog View Style”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/160s, F/1.8, ISO100


7. Komposisi Simetris

“Mertapada Toll Gate”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1.6s, F/22 at 11mm, ISO1000

Secara umum, Komposisi ini sedikit bertentangan dengan aturan komposisi, jika kita salah mengimplementasikannya. komposisi ini cenderung statis (death center), namun jika kita benar mengimplementasikan maka komposisi tsb justru mampu memberikan hasil yang terbaik. Komposisi simetris paling sering digunakan dalam foto arsitektur. Komposisi tersebut memudahkan mata mengenali scene secara keseluruhan dan memberikan bobot sama untuk setiap elemen visual gambar.


8. Komposisi Vertikal atau Horizontal

“SCBD”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 2.5s, F/2.8 at 11mm, ISO200

Seperti yang pernah disampaikan salah satu suhu IPC, mata manusia lebih terbiasa melihat sesuatu dalam format lansekap atau horizontal, kalo tidak salah setara dengan lensa 14mm dan kebanyakan foto juga diambil dalam format h orizontal. Oleh sebab itu, bidang sensor dan viewfinder pada kamera juga mengadopsi format tersebut.

Format tersebut belum tentu menjanjikan tampilan yang menarik. Pada situasi tertent u, dimana elemen garis vertikal sangat dominan, gambar yang diambil dalam format potrait atau vertikal cenderung lebih baik.

Elemen garis horizontal dapat memberikan kesan luas dan lebar. Sedangkan elemen garis vertical memberikan kesan tinggi dan gagah. Oleh karena itu, format horizontal sering digunakan pada foto pemandangan, sedangkan format vertikal digunakan pada foto potret.

9. Komposisi Ruang Aktif

“SCBD”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 1/8s, F/2.8 at 14mm, ISO100

Saat melihat obyek bergerak, secara naluriah mata akan mengikuti kemana obyek tersebut bergerak. Namun, saat melihat gambar obyek bergerak dan tiba-tiba ruang di depannya habis, muncul rasa ingin tahu kearah mana obyek tersebut bergerak. Akhirnya, perasaan tersebut membuat gambar menjadi kurang menarik. Karena itu, pada foto objek bergerak, perlu diberikan ruang gerakan didepanya supaya ruang tersebut tidak “mati”. Ruang gerakan tersebut dinamakan sebagai ruang aktif.

10. Komposisi Detil/Makro

“Pretty Ass”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 105mm f/2DC with Raynox, 20s, F/18, ISO125

Komposisi ini digunakan jika ingin mendapatkan gambar detil motif, agar tampilan motif tersebut lebih menonjol, kita bisa capture dari dekat untuk m endapatkan detilnya, atau dengan membatasi area gambar dengan menggunakan fasilitas zoom lensa, lensa makro atau bahkan bisa dengan melakukan penyamaran. Semakin baik detail yang terekam, semakin jelas pesan yang ingin disampaikan lewat gambar. Dengan memotret dari dekat, detil gambar dapat dipilih dengan lebih tepat.

11. Komposisi Simplicity

“Brrrrrr”, Nikon D90, Lensa Nikkor AF 50mm f/1.8D, 1/1000s, F/1.8, ISO200

Komposisi ini digunakan pada scene yang banyak menggunakan elemen visual gambar yang berlebihan, buat Foto yang hanya menampilkan elemen visual seperlunya saja, hal ini justru sering memiliki tampilan yang lebih menawan.

Bukankah foto itu hanya menyampaikan pesan satu tema?. Teknisnya bisa kita lakukan dengan seleksi fokus dengan aperture besar (buat background menjadi Blur atau Bokeh).

12. Komposisi dengan Memilih Foreground yang Menarik

“Kampung Sari Laut”, Nikon D90, Lensa Tokina ATX Pro DX 11-16mm f/2.8D, 30s, F/10 at 11mm, ISO100

Banyak foto pemandangan yang menakjubkan tapi masih terkesan datar dan membosankan. hal tersebut biasanya disebabkan karena ketiadaan elemen Foreground. Padahal Foreground dapat menciptakan komposisi berjenjan g yang memperkuat efek spasial pada gambar. Saat melihat sebuah gambar pemandangan, pandangan mata sering kali lebih cepat tertuju pada pada objek di kejauhan. Efek kedalaman pada gambar, kita harus bisa memanfaatkan objek seperti bebatuan, tanaman bunga, atau benda lain yang berpotensi dijadikan Foreground. Foto yang diambil dengan foreground dapat diambil dengan lensa wide. Foreground diambil dari jarak dekat sehingga dapat lebih menonjol. Dengan cara tersebut, gambar akan memiliki kesan kedalaman yang lebih optimal. Supaya hasilnya lebih baik, gunakan aperture kecil antara f16-f18 (Seperti Tips Suhu Prio) supaya kamera memiliki cakupan ruang tajam yang lebih luas.

BERANI MELANGGAR ATURAN??

Dalam fotografi pun terjadi pertentangan dalam implementasi aturan komposisi yag sudah ada. Sebagian mematuhi, sebagian merasa kebebasannya dibatasi. hal ini justru mengekang kreatifitas. bagi saya melanggar aturan komposisi sah-sah saja selama : gambar yang dihasilkan memiliki komposisi yang lebih baik, mempunyai seni fotografi lebih baik, dan lebih masuk akal.

sekian share pemahaman saya terhadap komposisi, mohon ditambahkan dan diperkaya lagi..

sak repes (satu rupiah) wae…



by Endar T. Prakoso, TN6
(all pictures are copyrighted by Endar T. Prakoso)

sumber : http://ipc.ikastara.org/2010/06/rangkuman-pelajaran-komposisi/

Add to Google Reader or Homepage

Share
Read More

8.12.2010

Mengenal White Balance

Add to Google Reader or Homepage

Share





white balance adalah istilah fotografi untuk titik kalibrasi berwarna putih, dalam sebuah kamera DSLR fitur white balance biasanya untuk mengatur warna dalam kondisi pencahayaan tertentu. fitur ini terbilang penting karena kita dapat menentukan ketepatan warna yang didapat dari sebuah kamera DSLR oleh sumber cahaya yang kita dapat. misalnya kita berfoto di sebuah ruangan dengan sumber cahaya lampu neon atau bohlam berwarna kuning tentu akan berbeda, sama juga ketika mengambil gambar di luar ruangan apakah itu cahaya matahari ataupun speedlight (lampu blitz).

Kebanyakan kamera digital dapat diatur untuk memilih warna putih sesuai selera Anda, biasanya dengan cara mengarahkan kamera ke obyek berwarna putih dalam sinaran cahaya yang ada, teknik ini disebut manual white balance. Beberapa kamera dapat juga mendeteksi adanya cahaya sekitar dan menentukan sendiri warna putih yang dimaksud - hal ini disebut automatic white balance. Sedangkan pemilihan white balance berdasarkan pilihan jenis lampu yang disediakan pada kamera digital disebut pre-set white balance.

Berikut ini adalah beberapa preset WB yang umum ditemui di kamera digital, diurut dari temperatur terendah hingga tertinggi :

- Tungsten atau Incandescent (2500-3500K) :
Preset ini cocok untuk mengkompensasi sumber cahaya seperti lampu pijar yang berwarna kekuningan dan biasanya dipakai untuk memotret indoor tanpa lampu kilat. Bila preset ini dipakai pada sumber cahaya lain hasilnya akan sangat biru.

- Flourescent (4000-5000K) :
Peset yang disesuaikan dengan temperatur warna dari lampu neon. Di pasaran umumnya tersedia lampu neon dengan dua pilihan yaitu warm white dan cool daylight, dimana temperatur warna kedua jenis ini berbeda. Warm white punya temperatur rendah mendekati lampu pijar, sedang cool daylight punya temperatur warna mendekati sinar matahari di siang hari.

- Daylight (5000 - 6500K) :
Cocok digunakan bila memotret di luar ruangan siang hari dengan sinar matahari langsung.

- Flash (5600K) :
Preset yang disesuaikan dengan temperatur warna dari lampu kilat kamera. Temperatur warna ini dianggap yang paling natural, tidak kebiruan atau kekuningan.

- Cloudy (6500 - 8000K) :
Preset ini untuk dipakai di saat siang hari namun kondisi berawan (kadang bila memakai AWB hasilnya agak kebiruan). Preset ini bisa menghasilkan warna yang lebih hangat bila dibanding dengan preset Daylight saat dipakai di siang hari.

- Shade (8000-10000K) :
Preset untuk menghadapi temperatur warna amat tinggi, biasanya terjadi saat berada di bawah bayangan matahari atau kondisi sangat berawan. Gunakan preset Shade bila dengan AWB anda masih mendapati hasil foto yang kebiruan. Bila preset ini dipakai pada sumber cahaya lain hasilnya akan sangat kekuningan.


Dengan memilih setting preset WB diatas, pada prinsipnya kitalah yang memberitahu kamera akan sumber cahaya yang kita gunakan untuk memotret. Dengan demikian diharapkan kamera akan memberikan hasil WB terbaiknya untuk sumber cahaya yang ada. Khususnya untuk sumber cahaya matahari, pemilihan preset WB tidak harus selalu memakai preset Daylight semata, karena temperatur warna matahari juga tergantung pada waktu, ketinggian dan awan. Bila memakai preset Daylight atau memakai AWB masih menghasilkan warna yang kebiruan (artinya preset yang kita pilih masih terlalu rendah) bisa mencoba menaikkan temperaturnya dengan memakai preset Cloudy bahkan Shade. Sebaliknya bila foto kita kekuningan (artinya preset yang kita pilih terlalu tinggi), turunkan temperaturnya dengan memakai preset lampu neon bahkan lampu pijar.

Pada kamera tertentu tersedia juga fasilitas untuk melakukan manual preset dengan cara mengarahkan kamera ke obyek berwarna putih atau abu-abu untuk mendapat warna yang paling natural. Untuk itu tersedia sebagai aksesori sebuah alat bantu bernama grey card yang biasa dipakai untuk pengaturan WB yang lebih presisi. Bila ketepatan warna menjadi hal yang mutlak, disarankan memotret memakai format RAW sehingga warna yang dihasilkan bisa diatur dengan akurat melalui komputer.

diolah dari berbagai sumber
Read More

7.27.2010

Infrared Photoshop Tutorial

Share



setelah banyak nya pertanyaan yang muncul dari teman2 apa sih ? kaya gimana sih fotonya?? sekarang saya coba menjawab apa itu? ya... ga tau :p
wkwkw...

ga deng.. penjelasan IR photo atau referensi seperti apa foto infrared bisa diliat di infrared photo. males ngetiknya. coz disini saya cuma mau coba kasih tau trik cara buat dari photoshop :p

setelah melihat harga opreknya saya blom kesampaian sepertinya untuk beli sendiri. tapi kalo nyobain sih udah :p. ada 3 cara yang biasanya orang2 buat foto infrared.
1. kamera yang sudah di upgrade sensornya. seperti infrared dibyo and infrared harlim
2. memakai filter IR , kalo ini musti tehnik tinggi nih :p kos filternya gelap bgt kalo tidak mengerti pengaturan cahaya pasti agak kesulitan...
3. Digital imaging via photoshop (cara murah meriah...)

memang sih warnanya ga begitu sama baiknya dengan operakan tapi lumayan lah buat menyenangkan diri :p. oke mulai :

kuncinya sih hanya memainkan chanel mixer di PS aja, kalo ga tau dimana letak CM coba liat di gambar ini :



dan beberapa usaha sendiri yang ga jauh dari ini ko'

* Open image
* Duplicate layer
* Auto level layer yg tlh di duplikat
* Buka menu Image/Adjusment/Chanel mixer
* Klik kotak Monocrome/kemudian set R,G,B sesuai keinginan
* Layer yg tlah di duplikasi tlah jadi
* Kemudian di Level kembali untuk men-set terang gelap.

nah foto supir bajaj ini saya ga tau foto dari mana nih saya dapet :p - untung file nya dinamain dan tidak dirubah oleh uploader sebelumnya. saya search aja di mbah google, ga tau nya sumber aslinya dari blog artis cantik Olla Ramlan , buat fotografernya saya mohon izin pakai ya :D. biar semangat belajar IR nya

btw mirip infrared ga sih??
lumayan lah untuk infrared wannabe yang tidak sanggup beli cam IR seperti saya =))
Read More

5.14.2010

Pose Foto Pre wedding




Salah satu jasa fotografi yang paling populer dewasa ini adalah foto pra wedding outdoor. Moment pernikahan umumnya diharapkan hanya satu kali saja oleh setiap pasangan yang akan segera melangsungkan pernikahan. Oleh karena itu memiliki foto-foto sebelum pernikahan sangat didambakan oleh setiap pasangan yang akan melangsungkan pernikahan. Selain untuk kenangan, Foto-foto pre wedding biasanya akan dijadikan pernak-pernik dekorasi pada saat resepsi pernikahan untuk dinikmati oleh seluruh undangan.
Sesi Foto Pra Wedding Outdoor dapat dilakukan dimana saja dengan tema dan konsep apa saja. Anda dapat melakukan photo session di tempat anda bekerja, di tempat yang menurut anda adalah tempat ter-indah. Dengan kombinasi teknik dan seni fotografi di-padu-padankan dengan kreasi olah digital kami harapkan dapat mewujudkan impian anda tentang foto yang terindah untuk kenangan pre wedding anda.
Tidak menutup kemungkinan sebagai inovasi terbaru, anda dapat melakukan foto session dibawah air bersama kami. Kami memiliki kapasitas untuk melakukan hal tersebut demi kepuasan anda.

Atau jika kamu ingin mendapatkan contoh foto-foto pre wedding silahkan download e-book untuk contoh foto prewedding di
halaman ini : download e-book pose pre wedding

source :
Read More

5.02.2010

Lensa Canon vs Lensa Nikon

Untuk kebutuhan masing masing fotografer mungkin ada baik nya kamu membaca artikel Tips Menambah koleksi lensa. tapi kalo mau baca-baca dulu artikel dibawah ya ga apa :-p silahkan disimak ya..

Saat kita akan membeli kamera DSLR, sebaiknya pilihan merk DSLR mana yang akan dibeli perlu memperhitungkan pada kemudahan dan ketersediaan pilihan lensa nantinya. Maka itu produsen DSLR papan atas seperti Canon dan Nikon tetap jadi favorit fotografer, karena jajaran lensa yang dimilikinya amat lengkap. Betul kalau Pentax, Olympus, Sony (Minolta) juga punya koleksi lensa yang lengkap, namun kadang-kadang pemiliki DSLR juga tergoda untuk membeli lensa alternatif seperti Sigma/Tamron/Tokina dan nyatanya lensa alternatif seperti ini tidak banyak menyediakan pilihan lensa dengan mounting selain versi Canon atau Nikon. Belum lagi ketersediaan stok lensa di tanah air tampaknya lebih bersahabat untuk merk Canon dan Nikon saja.


Bermacam lensa DSLR
Lensa kamera DSLR terbagi menjadi beberapa macam. Paling sederhana adalah dari jenisnya, yaitu lensa tetap (fix/prime) dan lensa zoom (variabel rentang fokal). Lensa zoom juga akan terbagi dua, yaitu yang bukaannya konstan (fix f/2.8, fix f/4 dsb) atau yang bukaannya variabel (mengecil saat di zoom). Dari ukuran diameter lensa juga ada dua macam lensa DSLR, yaitu lensa untuk SLR film/DSLR full frame, dan lensa dengan diameter lebih kecil (untuk APS-C). Dari segi teknologi juga lensa terbagi dua, dengan motor fokus (dan mikro-chip) di dalam lensa dan tanpa motor fokus (lensa lama). Dengan banyaknya perbedaan ini, wajar kalau para fotografer pemula (seperti saya) menjadi kebingungan saat melihat lensa yang dijual di pasaran, apalagi harganya pun bisa bervariasi dari satu juta hingga puluhan juta.
Sekedar mengenal jajaran lensa Canon dan Nikon, saya sajikan daftar head-to-head lensa favorit para fotografer beserta sedikit ulasannya. Tapi sebelumnya, saya sajikan dulu terminologi atau istilah dari keduanya supaya tidak bingung :
  • Ukuran diameter lensa : Canon memakai istilah EF dan EF-S, perhatikan kalau kode EF menunjukkan diameter yang besar (untuk SLR film dan DSLR Full Frame) sementara EF-S adalah untuk sensor APS-C yang image circle lebih kecil. Demikian juga lensa Nikon, yang berkode DX artinya hanya untuk kamera Nikon DX saja. Lensa Nikon tanpa kode DX artinya bisa dipakai di SLR Nikon film atau DSLR Nikon full-frame (meski di DSLR Nikon DX pun tetap bisa).
  • Teknologi : Canon memiliki lensa dengan motor fokus USM (Ultra Sonic Motor) di dalamnya, tapi tidak semua lensa Canon terbaru memakai motor USM. Motor USM sendiri terkenal akan kehalusannya, kecepatannya dan akurasinya, dan lensa Canon dengan teknologi USM relatif mahal. Sebaliknya, semua lensa Nikon berteknologi AF-S pasti ada motor fokus SWM (Silent Wave Motor), sementara lensa lama Nikon AF atau AF-D tidak ada motornya. Meski semua lensa AF-S ada motor SWM, tapi kinerja motor itu tidak sama antara lensa mahal dan lensa murah. Motor SWM di lensa murah lebih lambat dalam mengunci fokus.
  • Optical Image Stabilizer : Baik Canon dan Nikon memiliki kesamaan dalam menerapkan sistem stabilizer pada lensa, dimana artinya tidak semua lensa memiliki fitur ini. Cara kerjanya yaitu gyro-sensor di dalam lensa mendeteksi getaran tangan dan melakukan kompensasi dengan menggerakkan elemen lensa khusus sehingga foto yang diambil pada speed rendah (dan/atau posisi tele) terhindar dari resiko blur. Canon menamai sistem ini dengan kode IS (Image Stabilizer), sementara Nikon memakai kode VR (Vibration Reduction). Baik IS dan VR, keduanya dapat menampilkan efek stabilisasi pada viewfinder optik, sebelum foto diambil.
  • Pembagian kasta : Di lensa Canon terdapat dua kasta lensa, yaitu lensa biasa dan lensa Luxury (L series, ditandai gelang merah diujungnya). Nikon tidak membedakan kasta pada lensanya, hanya saja lensa Nikon baru disederhanakan dengan meniadakan ring aperture, ditandai dengan kode G (gelded).
Lensa prime / fix
Lensa fix punya ketajaman tak tertandingi oleh lensa zoom, dengan bukaan yang umumnya besar, sehingga cocok untuk dipakai foto potret dengan bokeh yang menawan. Canon dan Nikon sama-sama punya jajaran lensa fix yang lengkap, dengan fokal mulai dari wide (sekitar 20mm), normal (sekitar 50mm) hingga tele (sekitar 100mm). Perhatikan kalau semua lensa fix Canon adalah berkode EF, dengan beberapa diantaranya memakai kode L dan USM.
Beberapa lensa fix kelas elit dari Canon adalah :
  • EF 24mm f/1.4L USM
  • EF 50mm f/1.2L USM
  • EF 85mm f/1.2L II USM
Sementara Nikon punya jajaran lensa prime yang bukaan maksimal di f/1.4 seperti yang baru saja diluncurkan yaitu AF-S 50mm f/1.4G. Sedangkan lensa fix ekonomis dan favorit dari Canon adalah EF 50mm f/1.8, dan dari Nikon adalah AF 50mm f/1.8D. Selain itu, Nikon juga punya prime yang wide seperti AF 14mm f/2.8D ED dan prime tele seperti AF 85mm f/1.4D IF, dan prime micro seperti AF-S 105mm f/2.8D VR ED. Bicara soal lensa prime tele, baik Canon maupun Nikon punya jajaran lensa tele yang lengkap mulai dari 135mm, 180mm, 200mm, 300mm, 400mm, 500mm dan 600mm (Canon bahkan punya yang 800mm dan 1.200mm), beberapa dilengkapi dengan IS atau VR.
Lensa zoom : wideangle
Bila lensa fix tidak memberi keleluasaan untuk berganti posisi fokal, maka lensa zoom memungkinkan kita untuk merubah fokal dalam rentang tertentu sehingga bisa didapat berbagai variasi komposisi (dan terhindar dari sering maju mundur). Lensa zoom wideangle umumnya bermula dari 14 sampai 24mm, namun perhatikan kalau dipakai di kamera dengan crop factor (1,6x untuk Canon APS-C, 1,3x untuk Canon 1Ds dan 1,5x untuk Nikon), maka panjang fokalnya akan banyak berubah. Untuk itu, produsen lensa harus berusaha ekstra keras untuk mendesain lensa yang amat wide supaya saat terkena crop factor, lensa tersebut masih layak disebut lensa wide.
Untuk kebutuhan fotografi wideangle seperti landscape dan arsitektur, pemakai Canon sensor APS-C hanya bisa menikmati lensa wide EF-S 10-22mm f/3.5-4.5 USM, sementara pemakai Nikon DX bisa menjajal lensa anyar yaitu AF-S DX 10-24mm f/3.5-4.5G IF ED. Untuk pemakai Nikon Full frame, tersedia Nikon AF-S 14-24mm f/2.8G ED. Sayangnya dari pihak Canon belum tersedia lensa EF yang sepadan dengan Nikon 14-24mm f/2.8 ini.
Lensa zoom : standar
Rentang zoom standar merupakan rentang aman, dengan kemampuan wide dan tele yang mencukupi sehingga untuk bepergian cukup dengan membawa satu lensa saja ini saja. Kabar gembira bagi pemakai Nikon DX karena tersedia banyak lensa Nikon DX yang berkualitas dan terjangkau (seperti lensa kit D40 18-55mm), diantaranya :
  • AF-S DX 16-85mm f/3.5-5.6G ED VR
  • AF-S DX 17-55mm f/2.8G IF ED (bukaan konstan)
  • AF-S DX 18-70mm f/3.5-4.5G IF ED (kitnya D70)
  • AF-S DX 18-105mm f/3.5-5.6G VR (kitnya D90)
  • AF-S DX 18-135mm f/3.5-5.6G IF ED (kitnya D80)
  • AF-S DX 18-200mm f/3.5-5.6G VR IF ED (sapu jagad)
Ketersediaan banyak pilihan lensa standar DX yang murah dan berkualitas inilah yang menjadikan banyak fotografer yang non profesional memilih kamera DSLR Nikon, meski banyaknya pilihan ini juga dikritik beberapa pengamat karena banyaknya overlap dalam rentang lensa dan umumnya punya bukaan lensa yang mirip (semestinya Nikon mulai membuat lensa standar bukaan konstan f/4).
Sementara bagi pemakai Canon APS-C yang perlu lensa EF-S tampaknya harus cukup bersabar karena sementara ini hanya tersedia lensa EF-S berikut ini (tidak termasuk 18-55mm) :
  • EF-S 17-55mm f/2.8 IS USM (bukaan konstan)
  • EF-S 17-85mm f/4-5.6 IS USM
  • EF-S 18-200mm f/3.5-5.6 IS (sapu jagad – non USM)
Kondisi menjadi berbalik saat kita melihat jajaran lensa Full frame, dimana Canon punya ciri khas dengan menyediakan dua pilihan lensa untuk seri EF-nya, yaitu lensa bukaan konstan yang cepat (f/2.8 ) dan lensa bukaan konstan yang ekonomis (f/4). Sementara Nikon hanya menyediakan lensa bukaan cepat f/2.8 yang mahal saja.
Lensa Canon EF standar yang favorit (L series) :
  • EF 16-35mm f/2.8L USM
  • EF 17-40mm f/4L USM
  • EF 24-70mm f/2.8L USM
  • EF 24-105mm f/4L IS USM
Sementara sebagai padanannya, di jajaran Nikon juga terdapat dua lensa zoom standar yang menjadi favorit :
  • AF-S 17-35mm f/2.8D IF ED
  • AF-S 24-70mm f/2.8G ED
Sebagai catatan, masih banyak lensa lain dari Canon EF ataupun Nikon non DX untuk rentang standar seperti 28-80mm, 28-105mm, dan 28-200mm, namun karena lensa ini bermula dari 28mm, maka bila terkena crop factor akan menjadi tidak umum (sekitar 43mm) sehingga kurang disukai pemakai DSLR Canon APS-C ataupun Nikon DX.
Lensa zoom : tele
Kita mulai di kelas APS-C atau kelas DX. Nikon terkenal akan lensa telenya yang ekonomis, AF-S DX 55-200mm f/4-5.6G IF-ED VR sementara Canon menawarkan kemampuan tele lebih panjang dengan EF-S 55-250mm f/4-5.6 IS. Canon sendiri sebenarnya punya lensa lawas dengan rentang 55-200mm tapi bukan EF-S dan sudah diskontinu.
Selanjutnya, di kelas Full-frame, persaingan head-to-head berimbang terjadi di dua kelas, yaitu kelas 70-300mm dan kelas 70-200mm bukaan konstan. Canon punya EF 70-300mm f/4-5.6 IS USM dan Nikon punya AF-S 70-300mm f/4.5-5.6G IF ED VR yang mana keduanya disukai banyak fotografer karena harganya terjangkau dan kemampuan telenya lumayan jauh di 300mm (ekuivalen 450mm). Di kelas lensa bukaan konstan 70-200mm, ketimpangan terjadi saat Nikon yang hanya punya satu produk lensa harus bersaing dengan empat (ya, empat) lensa Canon 70-200mm. Nikon mengandalkan AF-S 70-200mm f/2.8G IF ED VR sementara Canon punya empat pilihan yaitu :
  • EF 70-200mm f/2.8L IS USM (cepat, plus IS)
  • EF 70-200mm f/2.8L USM (cepat,tanpa IS)
  • EF 70-200mm f/4L IS USM (hemat,plus IS)
  • EF 70-200mm f/4L USM (paling hemat, tanpa IS)
Sementara untuk keperluan lensa tele zoom khusus baik Canon maupun Nikon juga punya rentang yang tidak umum seperti :
  • Canon EF 90-300mm f/4.5-5.6 USM
  • Canon EF 100-400mm f/4.5-5.6L IS USM
  • Nikon AF 80-400mm f/4.5-5.6D ED VR
  • Nikon AF-S 200-400mm f/4G IF ED VR
Nah, itulah beberapa daftar line-up lensa dari Canon maupun Nikon yang umum digunakan para fotografer. Pilihan lensa dari keduanya memang tergolong cukup lengkap, sehingga tak heran para profesional banyak yang melirik DSLR dari Canon ataupun Nikon. Hanya saja kita harus mencermati kebutuhan lensa kita (sebelum membeli DSLR), bila sudah perlu satu lensa spesifik maka memilih kamera DSLR tentu tidak jadi masalah. Sekali kita menentukan merk kamera, maka kita akan terikat pada sistem yang semerk, seperti lensa dan lampu kilat.
Sebagai penutup, berikut kesimpulan singkat dari ulasan diatas :
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Canon : EF, EF-S, USM, IS, L series
  • istilah yang umum dijumpai di lensa Nikon : AF, AF-S, SWM, VR, DX
  • Canon dan Nikon sama-sama punya lensa fix yang lengkap
  • Di kelas lensa zoom wideangle, Nikon punya koleksi lebih lengkap
  • Di kelas lensa standar zoom, Nikon lebih lengkap di lensa kelas DX, sementara Canon lebih lengkap di kelas lensa full-frame
  • Di kelas lensa tele, Canon dan Nikon sama-sama punya koleksi yang lengkap (catatan Canon 70-200mm punya empat varian)
  • Nikon tidak banyak punya lensa bukaan konstan f/4 (seperti AF-S DX 12-24mm f/4G IF ED)
  • Untuk mendapat kinerja optik tertinggi (plus teknologi USM) dari lensa Canon, bisa didapat dari lensa Canon L series.
Share
Read More

Panduan memilih lensa DSLR

Share

Ada banyak jenis dan macam lensa kamera DSLR. Selain berbeda jenis atau tipenya, perbedaan harga pun amat mencolok, mulai dari kurang dari satu juta hingga ratusan juta rupiah. Hal ini bisa membuat bingung mereka yang berencana membeli kamera DSLR atau menambah koleksi lensanya. Bila di artikel lalu kami sudah sajikan cara menilai kualitas lensa DSLR, kini kami hadirkan panduan dalam memilih lensa DSLR. Selamat membaca..

Panduan yang kami susun kali ini bersifat umum dan simpel, tidak seperti panduan sebelumnya yang khusus membahas lensa Canon dan Nikon saja. Di artikel kali ini kami golongkan lensa DSLR dalam berbagai kelompok utama, yaitu berdasarkan diameternya, berdasarkan jenisnya dan berdasarkan bukaa

n diafragmanya.

Diameter Lensa

Pertama, berdasarkan diameter lensa, kini dikenal dua golongan umum yaitu :

  • lensa full-frame (35mm)
  • lensa crop sensor

Untuk lensa full-frame, diameter optiknya lebih besar daripada lensa crop sensor. Hal ini karena lensa full-frame didesain untuk bisa dipakai di DSLR full-frame dan SLR film 35mm. Di pasaran, kita perlu mengenali kode yang menunjukkan lensa full-frame, misalnya EF untuk Canon, FX untuk Nikon, DG untuk Sigma dsb.

Sedangkan lensa crop sensor berukuran lebih kecil, didesain untuk DSLR dengan sensor yang lebih kecil dari sensor full-frame, yaitu sensor APS-C (Canon, Nikon, Pentax, Sony) dan sensor Four Thirds (Olympus). Lensa ini memiliki diameter yang lebih kecil dari lensa fll-frame, meski tetap memiliki desain mounting yang sama. Artinya, kita bisa saja memasang lensa crop sensor ini pada DSLR full frame, namun pada hasil fotonya akan terdapat lingkaran di bagian luar foto (vignetting) akibat ukuran sensor yang lebih besar dari diameter lensa. Lensa crop sensor ini dikenali dari kodenya seperti EF-S untuk Canon, DX untuk Nikon, DC untuk Sigma, DA untuk Pentax dsb.

sensor01

Gambar di samping menunjukkan perbedaan ukuran antara sensor APS-C dan sensor full-frame 35mm. Lingkaran merah menunjukkan diameter lensa full-frame dan lingkaran hijau menunjukkan diameter lensa crop. Tampak kalau diameter lensa crop telah didesain untuk menyesuaikan ukuran bidang sensor APS-C yang memang lebih kecil dari sensor 35mm. Adakalanya pemilik kamera APS-C justru memakai lensa full frame. Hal ini disebabkan karena untuk kebutuhan profesional kebanyakan lensa yang tersedia adalah lensa full-frame. Contohnya, untuk kebutuhan profesional, pemakai kamera EOS 7D akan memilih lensa EF 70-200mm.

Jenis fokal lensa

Ditinjau dari jenis lensa, ada dua kelompok utama yaitu lensa fix (prime) dan lensa zoom. Simpel saja, lensa fix artinya hanya memiliki satu nilai panjang fokal, sedang lensa zoom bisa berubah dari fokal terpendek hingga terpanjang. Lensa zoom sendiri terbagi atas beberapa rentang fokal, seperti zoom wide, zoom normal dan zoom tele. Ada juga lensa sapu jagad, alias bisa bermain zoom dari wide hingga tele yang praktis untuk dibawa bepergian. Kali ini kami uraikan untung rugi dari tiap pilihan yang ada :

Lensa prime / fix

fix

Pentax 70mm f/1.4

Lensa prime adalah lensa yang hanya punya satu nilai fokal, misal 35mm, 50mm, 100mm dsb. Lensa jenis ini umumnya punya bukaan maksimal yang besar, misal f/1.4 atau f/1.8 sehingga cocok untuk dipakai saat low light. Meski ada berbagai macam pilihan fokal dari lensa fix di pasaran, namun yang paling populer adalah lensa 50mm karena punya fokal dengan perspektif normal.

Daya tarik dari lensa fix diantaranya :

  • relatif murah
  • ukurannya kecil dan ringan
  • hasil foto sangat tajam
  • karena punya bukaan besar, bisa menghasilkan DOF yang tipis
  • karena punya bukaan besar, bisa diandalkan untuk low light

Adapun hal yang kurang menyenangkan dari lensa fix adalah lensa ini tidak bisa berganti fokal sehingga untuk merubah posisi fokal kita harus maju atau mundur terhadap objek.

Lensa zoom wide

wide

Sony SAL DT 11-18mm f/4.5-5.6

Lensa zoom wide dalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal wideangle mulai dari 10mm hingga 30mm, sehingga cocok untuk landscape dan arsitektur meski kurang cocok untuk potret karena adanya distorsi.

Daya tarik lensa zoom wide diantaranya :

  • mampu menghasilkan foto dengan angle dengan kesan luas dan dramatis
  • cocok untuk kebutuhan profesional dan komersil

Namun demikian lensa zoom wide dijual dengan harga yang relatif mahal karena tingginya tingkat kesulitan dalam mendesain lensa tersebut. Di pasaran, lensa semacam ini dijual di kisaran harga 6 juta hingga 12 juta rupiah.

Contoh lensa zoom wide :

  • Canon EF-S 10-22mm f/3.5-4.5
  • Nikon AF-S 10-24mm f/3.5-4.5
  • Pentax DA 12-24mm f/4
  • Sony SAL-DT 11-18mm f/4.5-5.6
  • Olympus Zuiko 9-18mm f/4-5.6
  • Rekomendasi untuk 3rd party : Tokina 11-16mm f/2.8

Lensa zoom normal/standar (general purpose)

Image Hosted by ImageShack.us

Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5

Adalah lensa zoom yang memiliki rentang fokal yang dianggap memenuhi kebutuhan wide hingga tele biasa. Lensa semacam ini mampu mengakomodir rentang fokal normal di kisaran 50mm sehingga mampu menghasilkan foto yang rendah distorsi, dan menghasilkan persepektif yang sama seperti apa yang dilihat oleh mata manusia. Lensa zoom normal akan semakin mahal bila memiliki bukaan besar apalagi bila punya bukaan konstan f/2.8 yang tergolong kelas profesi0nal.

Contoh lensa zoom normal kelas mahal :

  • Lensa 24-70mm f/2.8
  • Lensa 17-55mm f/2.8

Sedangkan lensa zoom normal ekonomis diantaranya :

  • Canon EF-S 17-85mm f/4-5.6
  • Nikon AF-S 16-85 f/3.5-5.6
  • Pentax DA 17-70mm f/4
  • Sony SAL DT 18-70mm f/3.5-5.6
  • Olympus Zuiko 14-54mm f/2.8-3.5
  • Rekomendasi 3rd party : Sigma 17-70mm f/2.8-4

Lensa zoom tele

Image Hosted by ImageShack.us

Nikon AF-S 70-200mm f/2.8 VR

Lensa zoom tele menjadi salah satu lensa yang favorit banyak orang karena kemampuannya untuk dipakai memotret obyek yang jauh, ditambah lagi harganya yang cukup terjangkau. Belum lagi lensa tele mampu menghasilkan foto dengan bokeh yang baik (DOF tipis), bisa dibilang hampir menyamai hasil yang didapat dengan memakai lensa prime.

Namun perlu diingat kalau lensa zoom tele berkisar di fokal tele diatas 100mm, sehingga rentan goyang akibat getaran tangan. Untuk itu para profesional lebih memilih lensa tele bukaan besar dan ditambah fitur stabilizer, sehingga lensa tele masih bisa dipakai di saat kondisi kurang cahaya.

Lensa zoom tele terbagi dua kelompok, yaitu kelompok profesional dan kelompok biasa.

Untuk zoom tele profesional diantaranya :

  • Canon EF 70-200mm f/2.8
  • Nikon AF-S 70-200mm f/2.8 (gambar di atas)
  • Pentax DA 60-250mm f/4
  • Sony SAL 70-200mm f/2.8
  • Olympus Zuiko 90-250mm f/2.8
  • Rekomendasi 3rd party : Sigma 70-200mm f/2.8
Image Hosted by ImageShack.us

Sigma 70-300mm f/4-5.6

Untuk zoom tele biasa, umumnya terdapat pilihan 70-300mm (gambar di atas) yang fokal telenya cukup panjang dan 55-250mm (gambar di bawah) yang lebih ekonomis. Perhatikan kalau lensa tele ekonomis punya variabel aperture (misalnya f/4-5.6), sehingga bukaannya akan semakin mengecil saat lensa di-zoom maksimal. Maka itu lensa tele semacam ini dihindari oleh para profesional karena sulit diandalkan di saat perlu speed tinggi.

Image Hosted by ImageShack.us

Canon EF-S 55-250mm f/4-5.6

Meski demikian, lensa tele ekonomis seperti ini laris manis karena harganya murah dan hasil fotonya di tempat yang cukup cahaya masih sangat baik. Jadilah lensa semacam ini menjadi lensa favorit untuk kebutuhan harian dan untuk sekedar hobi.

Lensa zoom all-round / super zoom / sapu jagad

Image Hosted by ImageShack.us

Tamron 18-270mm f/3.5-5.6 VC

Adalah istilah untuk lensa zoom dengan kemampuan mencover rentang wide hingga tele yang ekstrim, hingga lensa ini mampu menggantikan beberapa macam lensa sehingga praktis dipakai kemana saja. Umumnya lensa ini memiliki rentang fokal 18-200mm, meski ada juga yang bisa mencapai 18-270mm (lihat gambar di atas). Beberapa hal yang perlu diperhatikan sebelum memilih lensa jenis ini :

  • Lensa ini praktis namun tergolong mahal
  • Lensa ini hanya tersedia untuk jenis variable aperture saja
  • Kemampuan optik dari lensa ini tergolong pas-pasan (karena banyaknya elemen optik di dalamnya)
  • Usahakan memilih lensa jenis ini yang dilengkapi dengan fitur stabilizer optik

Itulah panduan memilih lensa DSLR yang kami sajikan. Untuk diskusi dan pertanyaan bisa disampaikan melalui forum yang ada atau lewat komentar di bawah ini.

sumber : here


Read More

4.07.2010

KOMPOSISI DALAM FOTOGRAFI (PART I)

Share

Bagi yang ingin belajar tentang fotografi mungkin tidak asing lagi dengan sebutan komposisi, 'apa sih emangnya itu ya?' hehe... mungkin ada yang belom tau ya, disini saya akan coba memberikan beberapa defini mengenai gambaran apa itu komposisi dalam fotografi..

emang apa sih :hammer:

sebelumnya mari kita tau dulu apa itu fotografi,

fotografi adalah : Fotografi (dari bahasa Inggris: photography, yang berasal dari kata Yunani yaitu "Fos" : Cahaya dan "Grafo" : Melukis/menulis.) adalah proses melukis/menulis dengan menggunakan media cahaya. Sebagai istilah umum, fotografi berarti proses atau metode untuk menghasilkan gambar atau foto dari suatu obyek dengan merekam pantulan cahaya yang mengenai obyek tersebut pada media yang peka cahaya. Alat paling populer untuk menangkap cahaya ini adalah kamera. Tanpa cahaya, tidak ada foto yang bisa dibuat.

Prinsip fotografi adalah memokuskan cahaya dengan bantuan pembiasan sehingga mampu membakar medium penangkap cahaya. Medium yang telah dibakar dengan ukuran luminitas cahaya yang tepat akan menghailkan bayangan identik dengan cahaya yang memasuki medium pembiasan (selanjutnya disebut lensa).

Untuk menghasilkan intensitas cahaya yang tepat untuk menghasilkan gambar, digunakan bantuan alat ukur berupa lightmeter. Setelah mendapat ukuran pencahayaan yang tepat, seorang fotografer bisa mengatur intensitas cahaya tersebut dengan merubah kombinasi ISO/ASA (ISO Speed), diafragma (Aperture), dan kecepatan rana (speed). Kombinasi antara ISO, Diafragma & Speed disebut sebagai pajanan (exposure).

Di era fotografi digital dimana film tidak digunakan, maka kecepatan film yang semula digunakan berkembang menjadi Digital ISO. (wiki)


Fotografi merupakan bagaian dari sebuah karya seni, jadi jangan heran jika harga sebuah foto bisa diluar bayangan anda, apa lagi seperti kita orang yang awam. maka dari itu hargailah karya seorang fotografer jika anda tertarik dengan talentanya :p (curhat...)

Sebuah komposisi akan sangat membantu seorang fotografer untuk menghasilkan sebuah karya yang baik dan 'good looking'. Sekarang mari kita mengenal apa itu komposisi, Usaha untuk menghasilkan karya fotografi yang berkualitas mulai dipikirkan, antara lain dengan cara berpedoman pada komposisi.

Penguasaan komposisi yang benar berdasarkan pedoman komposisi akan sangat membantu pemotret pemula untuk melatih kepekaan estetiknya dalam memotret sehingga dihasilkan foto yang memiliki nilai seni lebih daripada sekedar foto biasa. Foto yang asal jepret seringkali hasilnya berkesan biasa saja, hanya menarik minat orang yang berkepentingan. Sedangkan orang lain yang tidak berkepentingan sama sekali tidak tertarik untuk melihatnya.Pengetahuan mengenai komposisi dapat membantu fotografer untuk menghasilkan foto yang baik.

Penerapan komposisi ini dapat dilakukan dengan kamera manual yang tingkat kesulitannya relatif lebih tinggi, semi otomatik yang tingkat kesulitannya sedang atau full-otomatic camera seperti pocket camera yang sangat mudah penggunaannya.

oh iya definisi komposisi blom dijelasin ya...
komposisi adalah cara bagaimana membagi menentukan sebuah objek dalam satu frame.. kira2 begitu, dan komposisi merupakan salah satu unsur yang menentukan nilai estetika sebuah foto, mahal tidaknya sebuah foto juga ga ya :p

berikut saya berikan gambaran beberapa komposisi dasar dari sebuah foto :

image loadingImage Hosted by ImageShack.us

Image Hosted by ImageShack.us

img source : link

dari berbagai sumber
Dimas Fajri Adha
fajriphoto.com

next : Unsur Unsur Komposisi - Komposisi Dalam Fotografi (Part II)


Read More

3.28.2010

Teknik Foto Potret



Potret atau Fotografi Potret merupakan seni fotografi yang menarik. Karena pada fotografi potret akan menampilkan obyek manusia, baik secara individual maupun kelompok, yang menonjolkan unsur kepribadian obyek foto tersebut. Yang termasuk foto potret adalah foto orang yang dicintai, foto teman-teman maupun anggota keluarga :-k. Sebuah foto potret akan menampilkan orang dalam bentuk seluruh badan, atau separuh badan (pinggang ke kepala), atau close up yaitu wajah dan bahu saja atau bahkan kepala saja.

Untuk membuat foto berupa potret membutuhkan perencanaan yang baik. Kualitas foto bukan sekadar hasil jepretan kamera saja, namun dapat menampilkan makna dari kepribadian dan ekspresi orang yang ada dalam foto tersebut. Yang perlu diperhatikan tidak hanya subyek foto tersebut, namun juga pencahayaan, latar belakang, set, lokasi, pose, ekspresi muka dan warna. Meski mungkin Anda tidak mampu mengambil foto potret seindah fotografer profesional, namun dengan mempelajari beberapa teknik dasarnya, Anda bisa membuat foto potret sendiri.

Berikut ini beberapa tips dan saran untuk membuat foto potret yang baik.

*
Bagaimana cara membuat seseorang tersenyum di depan kamera?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam kondisi atau mood yang baik untuk difoto. Misalnya Anda ingin membuat foto seorang anak kecil, maka pastikan bahwa ia tidak dalam kondisi lelah atau lapar. Juga pastikan subyek yang Anda foto tidak dalam kondisi lelah karena dapat membuat wajah dan matanya menjadi lebih tegang. Anda dapat memberikan sedikit waktu untuk beristirahat atau menikmati makanan ringan sebelum sesi pemotretan dimulai. Dengan memberi waktu jedah istirahat sambil menikmati cemilan, Anda akan membangun interaksi yang baik dengan subyek foto Anda. Bersikap ramah dan berbicaralah dengannya yang akan membantunya lebih rileks.

Namun jangan membuat situasi menjadi lucu hingga subyek tersebut tertawa terbahak-bahak. Karena hal ini dapat membuat matanya menjadi juling dan membuat aliran darah di wajah lebih banyak. Cobalah mengambil gambar dengan ekspresi wajah yang berbeda-beda. Semakin banyak foto yang Anda buat, semakin banyak kesempatan memperoleh foto terbaik yang menampilkan karakter orang tersebut.
*
Bagaimana penanganan orang yang menggunakan kacamata?

Kacamata dapat menimbulkan pantulan cahaya dan membuat silau. Karena itu Anda dapat melihatnya dari viewfinder atau layar LCD kamera Anda, apakah ada pantulan cahaya yang mengganggu. Jika ternyata ada pantulan cahaya di kacamata subyek yang Anda foto, Anda dapat memintanya untuk menggerakkan kepalanya secara perlahan hingga pantulan cahaya tersebut hilang dari titik tengah matanya. Anda juga dapat memintanya sedikit menundukkan kepalanya, namun berhati-hatilah agar tidak terjadi lipatan pada dagunya jika terlalu menunduk.
*
Bagaimana dengan pakaian dan penampilan?

Jika Anda akan mengambil foto sekelompok orang, perhatikan juga warna pakaian. Gunakan warna yang enak dipandang. Atau Anda dapat juga meminta mereka menggunakan warna yang sama.

Jika Anda akan mengambil foto seseorang, warna pakaian juga perlu diperhatikan. Jika Anda ingin memfoto seseorang berbadan besar, maka sebaiknya ia menggunakan pakaian berwarna gelap. Sebaliknya jika subyek Anda berbadan kurus atau kecil, maka mintalah ia menggunakan pakaian berwarna terang.

Lalu pastikan pakaian tidak kusut saat difoto. Jika orang tersebut menggunakan dasi, perhatikan apakah dasinya sudah lurus dan rapi. Lalu pastikan rambutnya telah rapi. Mata Anda mungkin tidak mampu memperhatikan ada helai rambut yang keluar dan mengganggu, namun lensa kamera akan menangkapnya dengan jelas. Lalu jika Anda akan mengambil gambar seorang wanita, Anda dapat memperhatikan make up yang digunakan telah sesuai.
*
Apa yang perlu diperhatikan saat foto outdoor atau di luar ruangan?

Saat mengambil foto di luar ruangan, perhatikan situasi yang menjadi latar belakang foto tersebut. Pilihlah pohon, bunga, pagar kayu, atau tembok rumah sebagai latar belakang. Jangan mengambil foto dengan latar kegiatan yang sibuk seperti jalan raya, kabel listrik, atau daerah bisnis dan sibuk. Hal ini dapat mengurangi keindahan hasil foto Anda. Ingatlah subyek Anda dalam foto potret adalah orang yang akan Anda foto saja dan bukan latar belakangnya.
*
Apa yang perlu diperhatikan saat foto indoor atau di dalam ruangan?

Jika Anda mengambil foto di dalam ruangan, Anda bisa mempersilahkan subyek yang Anda foto untuk duduk di kursi atau sofa yang diletakkan di depan sebuah tembok berwarna cerah atau di dekat tanaman indoor

Anda juga dapat mengatur agar latar belakang foto tersebut menggambarkan pekerjaan dan kegiatan favorit dari subyek yang Anda foto. Misalnya Anda dapat meletakkan meja atau alat jahit sebagai latar belakang.
*
Lensa apa yang cocok untuk foto potret?

Anda dapat menggunakan lensa antara 105 sampai 150 mm untuk mengambil foto potret. Jika Anda tidak dapat mengganti atau mengatur lensa kamera Anda, misalnya kamera saku (pocket camera), Anda dapat mengatur jarak antara Anda dan subyek yang difoto. Cobalah mendekati atau menjauh dari subyek hingga Anda mendapatkan posisi foto yang paling tepat.
*
Bagaimana komposisi foto yang tepat?

Anda dapat menyisakan sedikit jarak dari subyek yang Anda foto ke sisi foto tersebut. Jarak ini berguna jika Anda akan membuat bingkai untuk foto tersebut sehingga tidak akan memotong bagian tubuh subyek yang Anda foto.

Lalu posisikan wajah atau mata dari subyek foto Anda pada area kira-kira sepertiga bagian atas atau samping atau bawah foto Anda. Dalam ilmu fotografi, teknik ini dikenal dengan nama rule of thirds. Anda juga dapat menjadikan mata dari subyek foto di bagian tengah foto Anda.
*
Bagaimana dengan posisi dan sikap dari subyek foto?

Pastikan subyek yang Anda foto dalam posisi rileks, baik saat berdiri, duduk, atau berbaring. Jika wajahnya terlalu bulat, mintalah subyek foto Anda untuk sedikit memutar kepala atau badannya sehingga hanya sebagian dari wajahnya terkena pencahayaan. Hal ini akan membuat wajahnya lebih ramping.

Perhatikan posisi tubuh yang lain, seperti tangan dan kaki. Pastikan posisi tubuh dalam posisi alami atau natural. Cobalah agar subyek yang Anda foto memegang sesuatu atau melakukan pose yang alamiah. Jangan biarkan kedua tangan lurus ke bawah di samping tubuh. Hal ini sering dilakukan fotografer pemula namun akan membuat subyek terlihat kaku dalam foto.
*
Bagaimana cara mengambil gambar subyek pasangan?

Mintalah mereka untuk sedikit memiringkan kepala satu sama lain. Hal ini untuk menghindari kepala mereka sama tinggi. Cobalah menempatkan tinggi hidung salah satu orang pada ketinggian mata orang lainnya.
*
Bagaimana dengan pencahayaan?

Jika Anda mengambil foto di luar ruangan (outdoor), saat terbaik adalah pada sore hari, karena udara lebih tenang dan warna cahaya terlihat lebih hangat. Hindari cahaya matahari terlalu terik sehingga membuat mata dari subyek foto Anda menjadi sipit karena terlalu silau.

Jika matahari terlalu terik, posisikan agar matahari menyinari dari belakang subyek foto Anda. Memang hal ini akan menyebabkan wajahnya menjadi gelap karena menjadi bayangan matahari yang menyinari dari belakang. Anda dapat menggunakan flash atau blitz atau lampu kilat untuk menerangi daerah yang menjadi bayangan matahari. Anda juga dapat menggunakan reflector atau yang paling mudah menggunakan white board untuk memantulkan cahaya matahari ke bagian yang menjadi bayangan matahari.

Jika mengambil gambar di dalam ruangan (indoor), gunakan blitz untuk pencahayaan. Anda juga dapat mengambil gambar di dekat jendela yang memiliki pencahayaan lebih terang. Lakukan ini di daerah yang memiliki tembok berwarna putih atau terang, karena akan memantulkan cahaya dari blitz kamera Anda sehingga lebih memperkuat pencahayaan.

Sekarang Anda sudah siap untuk mengambil foto sahabat, anggota keluarga atau pasangan Anda dengan hasil yang lebih baik bahkan bisa menyamai hasil dari fotografer profesional.

Selamat memotret!
source : http://tiosijimbo.wordpress.com/2010/03/27/teknik-foto-potret/
Read More

3.11.2010

Belajar Fotografi Makro Bagi Pemula

Fotografi Makro


Prakata:

Fotografi adalah dua kata yang berarti Photos dan Graphos, dimana arti secara harfiahnya adalah “Melukis dengan Cahaya”.

Didalam kategori dunia fotografi kita akan menemui salah satunya adalah fotografi makro.Yang mana pada saat ini sedang mengalami perkembangan yang sangat signifikan dan sangat menarik untuk di pelajari serta di dalami.

Mengapa Makro? Jawabannya mungkin banyak sekali, dan bahkan tidak akan mencukupi bila disebutkan semuanya disini.

Secara garis besarnya fotografi makro diperlukan antara lain:

  • Untuk bahan Scientific/ identifikasi species (satwa/tumbuh2an).
  • Untuk Engineering, metallurgy, manufacture.
  • Untuk tujuan promosi/marketing suatu benda/hewan/tumbuh2an .
  • Untuk keindahan , bahwa di dunia ini ada makhluk lain cipta’an Tuhan yang tidak bisa kita melihat keindahannya dengan mata biasa.

Dan masih banyak lainnya.

Detail suatu benda/object, komposisi dan bentuk suatu benda yang kecil, pastilah kita akan selalu luput memperhatikannya, maka dengan makro fotografi kita akan bisa melihat dengan jelas secara detail, baik warna maupun bentuknya.

Jadi melalui fotografi makro kita dapat melihat dengan jelas detail mata/facet sebuah lalat (yang mungkin kita akan jijik ketika melihat lalatnya) akan menjadi indah bentuk dan warnanya, proses penyerbukan putik pada bunga oleh lebah, kupu2 yang sedang menghisap madu, lekuk detail ukiran sebuah koin, bahkan membekukan sebuah lebah yang sedang terbang.

Seiring dengan bertambah majunya era digitalisasi saat ini, mempelajari fotografi makro adalah hal yang tidak sulit, tidak seperti di era fotografi saat masih menggunakan kamera analog plus negative film.

Oleh sebab itu pada saat era digital saa ini, fotografi makro dapat dilakukan oleh siapa saja ,tua maupun muda, lelaki atau perempuan, bahkan untuk fotogafer pemula dan kamera yang bukan pro, asal saja dilakukan dengan sungguh-sungguh .

Fotografi Makro

Fotografi makro adalah salah satu kategori fotografi yang membuat pembesaran terhadap suatu object. Atau bisa dengan kata lain dunia fotografi yang diperkecil kedalam dunia Micro.

Pembesaran tersebut bisa dilakukan dengan medekatkan obect dengan kamera, atau pun dari jarak terentu dengan menggunakan lensa tele. dan harus tetap mengusung konsep “Foto yang berbicara” dengan melibatkan unsur komposisi, POI dan keseimbangan.

Benda-benda yang dapat di makro adalah:

  • Benda mati/diam
Seperti: sendok/garpu,perhiasan, uang koin, perangko,bunga,miniature mobil2an, souvenir dll.

by Joop V time out

  • Makhluk hidup
Seperti : serangga, kupu-kupu, bunga tanaman, laba2, dll

by ukaaa — absent


source : coyphotography

Alat bantu untuk fotografi makro:

* Kamera Saku/Prosumer

Dengan kamera saku/prosumer pun kita bisa mengabadikan keindahan sebuah bunga mawar, sebuah kupu2 yang hinggap di bunga untuk menghisap madunya. Karena saat ini tekhnologi digital telah memungkinkan kita untuk melakukan fotografi makro dengan hasil yang tidak kalah bagusnya dengan kamera professional. Hampir semua kamera saku/prosumer yang sudah menyediakan fasilitas macro (biasanya ditandai dengan lambing gambar bunga tulip). Dan memungkinkan kita memotret dengan jarak focus kamera dan bendanya hingga beberapa sentimeter saja.

Saat ini sudah tersedia filter/alat tambahan yang dapat di pasang di kamera saku didepan lensanya untuk fotografi makro seperti Raynox dan filter lainnya untuk mendapatkan pembesaran yang lebih .

* Kamera SLR (Single Lens Reflex) baik analog maupun digital.

Semua kamera SLR-DSLR kini sudah memiliki fasilitas untuk fotografi makro dengan menggunakan lensa yang berbeda-beda , dan biasanya jarak antara focus lensa ke objectnya akan berbeda tergantung jenis lensa yang kita gunakan.

Untuk lensa khusus makro biasanya jarak object ke lensa bisa sampai 20 cm, tapi apabila kita menggunakan lensa tele maka jarak terdekat yang bisa kita dapatkan titik focus biasanya lebih dari 1 meter dari object.

Sekarang telah banyak tersedia alat tambahan berupa filter close up,filter Lup/Raynox dan reverse lens (sebuah lensa yang dimodifikasi) yang di tempelkan didepan lensa, maka jarak antara object dan lensa akan semakin dekat untuk mendapatkan pembesaran lebih dari 1:1. Dan ada juga tele converter dan extension tube yang dipasang diantara lensa dan odi kamera.

  • Pembagian fotografi makro menggunakan kamera SLR/DSLR
Umum:

  • Menggunakan lensa khusus makro atau lensa zoom yang bertanda “bunga tulip”(bisa untuk foto makro )
  • Menggunakan lensa tele atau lensa normal plus tele converter..

Untuk lebih jelasnya maka lensa2 dibawah ini adalah yang biasa di pergunakan untuk fotografi makro:

  • Lensa Makro Normal : 50mm
  • Lensa Makro Mid tele : 90-105mm
  • Lensa Makro Tele : 150-180mm



Ekstrem:

* Memasang lensa tambahan lagi dengan posisi terbalik didepan lensa dengan tambahan sebuah adapter khusus.
* Menggunakan filter tambahan seperti filter close-up didepan lensa.
* Memakai filter yang seperti sifatnya sebuah kaca pembesar/Lup , Raynox,
* Atau bahkan ada juga yang menambahkan sebuah kaca pembesar yang di lekatkan didepan lensa.

Beberapa hal yang harus diperhatikan selama pemotretan makro adalah:

1. Lighting (sumber cahaya)

Dibagi dalam 2 :

  • Natural lighting/cahaya alam/Matahari/available light
  • Artifisial lighting (Flash dan lampu studio)
2. Depth Of Field (DoF)

DOF (kedalaman fokus) dalam fotografi makro, ruang ketajaman suatu foto akan indah bisa dilihat jikalau sesuai dengan object yang akan kita abadikan.

Karena semakin dekat jarak antara titik focus kamera dengan object maka akan semakin tipis/sempit DoFnya, ini dapat kita control dengan mengatur bukaan diafraga dari lensa nya. Tentunya kita tak akan menghasilkan foto kupu2 yang hanya tajam dibagian mata saja sementara keindahan dari warna sayapnya menjadi blur.

Jadi jikalau kita ingin mendapatkan DoF yang lebih lebar, tetapi jarak antara lensa dengan objectnya ingin lebih dekat, maka bukaan difragma haruslah di set semakin kecil nilainya (biasanya antara f/5.6 bisa sampai f/16).

Faktor yang mempengaruhi DoF adalah :

  • Panjang Lensa :makin panjang lensa makin tipis DOF yang akan dihasilkan
  • Jarak focus : Makin dekat jarak focus suatu object dari lensa, makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
  • Diafragma: Makin besar bukaan lensa (f/2.8) makin tipis DoF yang akan dihasilkan.
Jadi kesimpulannya, DoF yang dihasilkan adalah kombinasi dari ke 3 variabel tsb.

Pada fotografi makro, DoF yang akan dihasilkan relative sangatlah tipis (kebalikan dari pemotretan landscape).

3. Fokus

  • Auto fokus
  • Manual fokus
Focusing pada fotografi makro tidaklah sulit apabila kita lakukan pada benda mati/diam. Tapi akan sangatlah sulit jikalau kita melakukannya pada benda yang bergerak seperti serangga yang selalu beterbangan.

Walaupun kini semua lensa sudah dilengkapi dengan fitur auto focus, tapi tidaklah semuanya memiliki kecepatan seperti yang kita harapkan dalam mengikuti object yang bergerak tersebut, jadi manual focusing sangatlah dibutuhkan dalam hal ini.

Setelah cukup terbiasa mendapatkan fokuc yang baik, barulah mencoba mengatur komposisi yang bagus.

4. Komposisi

Membuat komposisi agar sesuai dengan kaidah “Rule Of Third” sangatlah sulit, karena object yang akan kita foto selalu bergerak dan sangatlah kecil, kadangkala seluruh object tersebut mengisi frame kamera sepenuhnya.

Hanya dengan sering berlatih dan berlatihlah maka akan didapat komposisi yang bagus dan kreatifitas seorang fotografer sangatlah berperan sekali dalam menentukan komposisi antara foreground, background yang mendukung object (POI-Point of Interest) dengan DOF yang pas.

5. Lokasi

Indoor

Didalam ruangan biasanya menggunakan lampu tambahan seperti flash, ringflash, atau bahkan lampu studio.

Outdoor

Diluar ruangan kita selalu memanfaatkan cahaya matahari sebagai available lightingnya. Biasanya saat yang tepat untuk memotret makro adalah di pagi hari sampai jam 9 pagi, atau di sore hari jam 3-5 sore.


6. Tripod atau handheld

Disaat penggunaan flash tidak memungkinkan (karena serangga yang akan kita foto akan lari menjauh) maka untuk mendapatkan eksposure yang baik antara bukaan diafragma yang kecil (agar DOFnya lebih lebar) dan shutter speed sementara shutter speed yang kita dapat sangat rendah rendah, maka penggunaan tripod/monopod sangatlah di butuhkan agar hasil fotonya tidak menjadi blur.

Untuk jelasnya apabila shutter speed kita dibawah/lebih rendah/kecil dari 1/FL(Focal length) lensa yang dipergunakan maka sebaiknya pergunakanlah tripod/monopod. Contohnya kita memakai lensa yang 100mm, maka apabila shutter speed yang didapat di kamera 1/60 sebaiknya memakai tripod/monopod agar /object moment yang akan kita abadikan tidak menjadi blur.

Penggunaan tripod sangat membantu dalam pengambilan foto makro terutama disaat cuaca/matahari tidak sedang terik .

Monopod lebih flexible terutama dalam pengambilan foto makro serangga.


7. Mood dan kesabaran

Memotet adalah seperti halnya kita melukis sebuah kanvas putih, yang akan di lukis dengan menggunakan cahaya. Mood seorang fotografer akan tertuang dikanvas elektronik tersebut saat mengabadikannya.

Makro fotografi sangatlah menuntut kesabaran yang sangat tinggi dalam memotret sebuah bunga mawar apalagi seekor kupu2/lebah yang sedang sibuk menghisap madu di bunga.

Ingatlah, focus, eksposure dan komposisi dari object yang akan kita lukis di kamera apakah sudah seperti yang akan kita abadikan sesuai dengan mood nya.


8. Moment dan keberuntungan

Moment tidaklah sesulit seperti yang kita bayangkan, kita bisa mempelajari waktu, kebiasaan dan tempat dari setiap serangga keluar (pada umumnya pagi). Atau saat yang tepat/terbaik kapan sebuah bunga mawar akan mekar.

Kadang kala factor keberuntungan lah yang mempertemukan fotografer dengan objectnya.

Tapi janganlah lupa, jikalau kita tidak mendapatkan object baik dan menarik lantas tidak mau berusaha mengulanginya esok harinya.

Karena kunci dari fotografi makro adalah teerus berlatih dan terus berusaha semaksimal mungkin.


Beberapa tips & trik makro fotografi serangga dan bunga.


  • Pelajari /baca wajah daripada object:

Pada saat memotret makro serangga, buatlah foto saat dia sedang berpose, tunggulah momen saat mata serangga tsb terpaku ke lensa.

Bila memotret bunga, perhatikan dan carilah sisi terbaik dari penampilan bunga tsb. Apakah harus mengambil angle secara keseluruhan, atau hanya diperlukan bagian kecil seperti putik atau benang sarinya.

Bereksperimenlah dengan berbagai arah dan anglenya.
  • # Background yang bersih:
Usahakan semaksimalnya BG/background itu bersih/simple yang mendukung POInya. Kalaupun ingin mendapatkan BG hitam (warna lain) bisa disiasati dengan menggunakan kain berwarna sebagai BGnya.

  • Hindari Angin:
Memotret makro pada saat angin bertiup adalah hal yang sia2, karena kita akan mendapatkan hasil yang blur, bisa juga disiasati dengan mengatur shutter speed yang cepat, tapi sebisa mungkin hindarilah memotret makro disaat angin sedang bertiup sehingga akan membuat goyangan pada objectnya.

  • Sabar menunggu momen yang tepat:

Pada saat berburu/hunting makro khususnya serangga, usahakan berdiam diri sehingga segala tidak menarik perhatian serangga tsb.

Apabila kita akan mendekati object, usahakan agar gerakan kita tidak membuat serangga tsb melarikan diri meninggalkan kita.

Dan apabila memotret serangga yang menempel pada bunga, cari posisi yang tepat pada saat dia sedang menghisap madu atau pada saat dia keluar dari bunga adalah moment yang sangat bagus untuk diabadikan.

  • Tahan napas saat menekan shutter kamera.
Membuat posisi spt segitiga antara lengan dan siku yang ditempel kedada kita akan memperkokoh pegangan kamera, ditambah dengan menahan napas sesaat pada waktu menekan shutter kamera akan mengurangi kemungkinan kamera shake dan bisa menghindari hasil foto yang blur/shake.

  • Tambahan cahaya:

Walaupun cahaya tambahan seperti flash adalah tidak dianjurkan, tapi jika dengan menggunakan diffuser atau peredam cahaya pada flash akan membuat halus hasil fotonya dan tidak akan terlau keras kontras yang dihasilkan pada objectnya.

Hindari direct flash ,atau tambahkan difusser pada flash, atau gunakan tekhnik bouncing untuk mendapatkan dimensi dari object .

Tulisan ini adalah sharing saya dari berbagai pengalaman yang saya dapatkan sejak 10 Juni 2006 , saat dimana saya bergabung dengan situs fotografi tercinta www.fotografer.net ini.

Intinya saya dapatkan dari berbagai w/shop, buku, dan juga pengalaman dari rekan-rekan lain yang sudah lebih dahulu menguasai ilmu fotografi makro.

Tiada maksud ingin menggurui rekan2 semua, karena masih banyak kekurangan yang saya miliki dibandingkan dengan para senior yang sudah lama berkecimpung di dunia fotografi makro.

Semua contoh-contoh foto yang ada di artikel ini adalah hasil dari sejak saya bergabung di situs ini.


Semoga bisa bermanfaat bagi rekan2 sesama pecinta fotografi khususnya dunia makro dan akhir kata terima kasih saya ucapkan atas kesediaanya untuk membaca artikel ini dan saya mohon ma'af apabila artikel ini masih jauh dari sempurna.


Wassalam

Anif Putramijaya
Cibinong 16 Maret 2009

Oleh : Anif Putramijaya
Read More